Cerita perjalanan baduy dalam (desa cibeo)

Tanggal 10 – 11 November 2012, saya telah menyisihkan 2 hari tersebut untuk pergi ke banten, tepatnya ke kampung suku baduy tinggal. Suku baduy yang terkenal dengan masih tradisional cara hidup dan tidak menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga sangat menarik minat saya untuk mengunjungi saudara saya se-bangsa tersebut.

Saya pergi bersama dengan teman-teman dari forum bpi (backpacker indoensia) sekitar 30 orang dengan mba frita selaku pimpinan rombongan. Titik start perjalanan adalah stasiun tanah abang menuju stasiun rangkas yang kurang lebih menghabiskan waktu 1 ½ jam untuk sampai di rangkas. Sampai di stasiun rangkas, kami dijemput oleh guide kami dari baduy luar, bernama kang emen dan bersamanya menggunakan mobil elf menuju desa ciboleger, yaitu desa terakhir untuk menuju desa baduy dalam.

Desa ciboleger sudah ada alfamart, jadi bagi anda yang belum melakukan persiapan snack maupun yang lain sudah bisa membeli disini. Selain itu, ketika anda pergi ke baduy, jangan lupa untuk membeli ikan asin, karena konon katanya orang baduy dalam khususnya sangat menyukai ikan asin sebagai oleh-oleh. Di ciboleger pun anda sudah bisa membeli oleh-oleh khas baduy, seperti ikat kepala khas baduy luar, madu, dll. Berhubung menurut cerita dan pengalaman orang lain, medan menuju baduy dalam cukup berat, anda bisa membeli tongkat kayu seharga 2000, atau bagi yang membawa uang lebih bisa menyewa jasa porter baduy dalam, anda cukup memberikan 25ribu untuk 1 perjalanan (pulang pergi 50ribu).

Perjalanan kami dimulai dari ciboleger ke baduy dalam harus melewati beberapa kampung baduy luar, diantaranya desa Marengo, gajeboh dan beberapa kampung baduy luar yang saya tidak tahu namanya J. Selama di baduy luar, kami masih diperbolehkan untuk mengambil foto hingga perbatasan baduy luar dan baduy dalam, yaitu jembatan bambu yang nanti biasanya akan diberitahukan oleh guide dari baduy dalam lokasi pastinya. Perjalanan menuju baduy dalam cukup menguras tenaga dan membutuhkan waktu 3 jam naik turun melewati bukit dan sungai. Hanya saja, karena beberapa diantara kami sudah capek dan ingin menikmati sedikit lebih lama hutan, maka kami semua mengahabiskan waktu 5 jam untuk sampai di desa cibeo.

Sesampainya di cibeo, kami semua mandi terlebih dahulu di sungai bersama-sama. Kami dilarang mandi menggunakan sabun sehingga kami semua hanya berendam, menikmati dinginnya air sungai yang bagi saya sudah cukup untuk membersihkan badan dan mengurangi rasa capek kami. Setelah itu, kami semua berkumpul di rumah salah satu penduduk yang kami tumpangi, bercengkrama, bercanda satu sama lain sembari menunggu makan malam yang sedang dibuatkan oleh pemilik rumah. Setelah makan malam, acara terakhir adalah ngobrol-ngobrol santai dengan pemilik rumah yang diakhiri dengan tidur.

Besok harinya, setelah makan pagi dan packing, kami berjalan pulang dengan jalur berbeda kami datang, jalur yang kami lewati pulang akan melewati jembatan akar yang cukup terkenal dan saya rasa perlu saa rekomendasikan untuk disinggahi ketika berkunjung ke baduy. Lama perjalanan pulang tidak jauh berbeda, sekitar 4-5 jam dengan kondisi yang turun naik bukit, tetapi memang medan cenderung lebih banyak medan menurun.

Sampai di titik finish, kami semua telah dijemput oleh elf dan beberapa diantara kami menyelesaikan transaksi oleh-oleh untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing. Selesai semua transaksi, kami naik elf dan menuju stasiun rangkas untuk kembali ke daerah kami masing-masing.

Suatu perjalanan yang cukup menyenangkan pergi ke baduy dalam, selain untuk berwisata, saya bisa mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai budaya dan mengetahui, bahwa kita semua yang notabene orang kota harus bersyukur, masih ada saudara kita di pelosok sana yang belum menggunakan listrik, tidak menggunakan internet sehari-harinya, tetapi masih bisa tersenyum dalam menjalankan hari-harinya. Selain itu, kita pun harus belajar untuk lebih menghargai alam, karena saudara-saudara kita disana sangat menghargai alam, menggantungkan hidup dari hasil alam, berbeda dengan kita yang cenderung lebih sering merusak alam tempat kita hidup.

“rasa puas manusia tidak mempunyai batas, kita hanya bisa menahannya dengan bersyukur”

Marifnst, 19-11-2012

nb : foto-foto bisa dilihat disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Afiseaza emoticoanele Locco.Ro