Tebing Citatah 48

Liburan dan suasana baru, 2 kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh semua insan manusia untuk keluar dari zona kebiasaannya. Kebiasaan lika liku hidup yang monoton sering membawa kepada rasa jenuh dan bosan, sehingga terkadang memberikan dampak positif maupun negatif bagi beberapa orang yang tidak mampu membendung perasaan jenuh tersebut.

Tanggal 25 Oktober 2012, saya ber-2 dengan teman saya memutuskan untuk pergi ke bandung, tepatnya mengikuti acara jalan-jalan yang dibuat anak sekre (sebutan akrab anak PMPA ASTACALA) menuju tebing citatah 48 yang berlokasi di padalarang. Setelah mengajak sanak kerabat, kanan kiri kami hubungi via sms maupun jejaring sosial, akhirnya bertambahlah 1 personil, eca temen monop.

Kami berangkat tanggal 26 Oktober 2012 dari Jakarta menuju bandung, bertemu di titik start halte busway kuningan dan menuju ke pangkalan primajasa di daerah cawang. Perjalanan ke bandung kurang lebih 3 jam dan diteruskan berjalan kaki menuju ke sekretariat.

Tanggal 27 Oktober pagi, berangkat lah sepuluh orang dari sekre menuju citatah 48, dua orang sebagai pendarat menggunakan motor dan sisanya menggunakan angkot. Sampai di citatah, kami membagi tugas, ada yang membuat camp dan menyiapkan peralatan panjat. Kebetulan saya lebih memilih untuk memuat camp, akhirnya saya membuat camp bersama dengan tim yang tidak menyiapkan peralatan panjat.

Ketika membuat camp, saya mencari kayu untuk mencari penyanggah fly sheet dengan berkeliling ke sekitar tebing. Disini saya menemukan tugu memoriam, dengan nama agus santoso dari mapala binus Jakarta yang meninggal tahun 2004 ketika melakukan pemanjatan disini. Wahai sahabatku agus, semoga kau diberikan ketenangan di alam sana, semangatmu akan selalu berada diantara teman-temanmu yang tidak akan pernah habis dan kekal tidak dimakan oleh waktu.

Acara pemanjatan kali ini bisa dibilang baru untuk saya, karena hampir ketika saya bepergian ke tebing, saya hanya ikut ke lokasi, bercanda tidak kenal arah dan diakhiri dengan pulang tanpa sekalipun memanjat tebing. Untuk pemanjatan kali ini berbeda, selain sudah jauh-jauh datang dari Jakarta, saya hendak mengatasi fobia ketinggian saya yang cukup agak parah dengan memanjat tebing.

Pemanjatan kalai ini saya mencoba 4 jalur (saya lupa nama-nama jalur tersebut, kecuali jalur ke-4, yaitu jalur pantat sapi). Dinamakan pantat sapi memang mungkin karena di jalur tersebut terdapat bentukan dari tebing yang menyerupai pantat sapi. Dari keseluruhan pemanjatan, tidak ada satupun yang berhasil dengan mulus saya panjat hingga menyentuh top, bahkan untuk melewati hang pantat sapi pun tidak mampu, cupu memang, haha.

Didasari ketidakmampuan panjat yang mumpuni, akhirnya saya dengan 2 teman saya, mencoba menaiki puncak tebing melalui jalur belakang, jalur yang dibuat masyarakat dengan komando dari kopassus yang katanya jalur tersebut dibuat untuk membangun tugu pisau di puncak tebing. Perjalanan ke puncak tebing tidak terlalu berat dan membutuhkan waktu lama, mungkin sekitar 2 menit saya sudah merasakan puncak tebing dan melihat dengan dekat tugu pisau kopassus. Citatah 48 memang merupakan area latihan kopassus, tetapi bisa digunakan untuk umum, tetapi dengan melakukan izin terlebih dulu pastinya.

Pengalaman seru lain mungkin ketika ingin melakukan setoran alami (boker). Kamar mandi disini merupakan kamar mandi umum, yang kalau tidak salah digunakan oleh warga setempat dan kopassus ketika latihan di tebing ini. Bagi anda yang terbiasa dengan suasana kamar mandi mewah, anda akan sangat terkejut dengan sensasi boker di tempat ini. Anda diharuskan untuk mengambil air di ember terlebih dahulu, kemudian membawa ke kamar mandi dengan wc yang hanya berbentuk lobang dan arah pembuangan kotoran yang langsung menuju kubangan di belakang kamar mandi. Ketika boker anda akan merasakan sensasi menyiram tai yang mangalir langsung menuju tempat pembuangan tanpa dikumpulkan di sptic tank terlebih dahulu dan berbunyi “plung plung” (haha, vulgar sedikit J).

Sore harinya, kami mulai membereskan semua peralatan kami, baik camp maupun panjat. Tetapi, pulang kali ini tampaknya sedikit tertunda, kang nurdin, warga setempat dan juga merupakan atlit panjat, mengajak kami untuk melakukan pemanjatan sehingga beberapa dari kami kembali memanjat dan sisanya membereskan camp dan packing untuk persiapan pulang.

Akhirnya, setelah selesai packing dan pemanjatan bersama kang nurdin selesai, kami pamit kepada mang usep, tentara penjaga tebing citatah 48. Kami berpisah, yang pulang ke Jakarta menumpang mobil senior kami pak singo, dan yang lainnya kembali ke sekre dengan menggunakan bis.

Wahai tebing kaulah saksi bisu kami yang mengatakan kepada semua orang kami pernah menginjak dan memanjat dirimu, semoga engkau selalu berdiri kokoh dan aman dari tangan manusia-manusia jahat yang berusaha merusak keindahanmu

Marifnst, 31-10-2012

Nb :

Tim : cirit, kiting, acong, monop, memet, gianto, maringga, arif, roland, eca, pari, singo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Afiseaza emoticoanele Locco.Ro