Catatan Perjalanan Gunung Lawu, 23-24 Februari 2013

Mari tanggalkan kekayaan dan kedudukan

Kemudian masuk hutan

Dan mensyukuri ciptaan tuhan

Perjalanan memang tidak selalu bisa direncakan, karena bisa lahir secara tiba-tiba dan dadakan, begitu juga dengan perjalanan ke gunung lawu kali ini. Bermula dari iseng membeli tiket kereta Jakarta solo pp (pulang pergi), akhirnya saya memutuskan untuk ikut acara teman saya untuk mendaki gunung lawu. Seperti biasa, saya mengutarakan rencana ke lawu kepada 2 sahabat mendaki saya, sayang, karena rencana ini dating secara mendadak, mereka tidak bisa ikut acara ini dan saya pun tidak mungkin membatalkan rencana karena tiket sudah dibeli dan harganya pun bikin saya kere bulan ini.

Pra perjalanan pun saya laksanakan, dari menyiapkan peralatan, logistik maupun pencarian informasi gunung lawu, karena saya merupakan anggota pecinta alam yang mengharuskan untuk membuat ROP (Rencana Operasional Perjalanan) dan dilarang untuk bepergian dengan kondisi buta atau tidak mengetahui informasi daerah tujuan sama sekali. Petaka pertama yang saya rasakan adalah kurangnya peralatan camp, khususnya tenda. Karena saya biasanya meminjam / pergi bersama teman saya yang memiliki tenda, yang pertama saya lakukan adalah mencari teman tenda di pendakian ini. Petaka pun kembali berlanjut, karena teman 1 kelompok saya sudah memiliki teman tenda sehingga pada akhirnya saya harus membeli tenda sendiri, pastinya dengan meminjam uang orang tua.

Karena kereta Jakarta solo berangkat pukul 20.20, maka saya harus izin kepada leader di kantor saya untuk pulang dari kantor sebelum waktunya dan Alhamdulillah diizinkan, terima kasih yo mas Jannes. Akhirnya jam 15.00 dari kantor saya menuju rumah, mengecek barang, mengirim ROP ke teman saya dan berangkat menuju stasiun senen jam 17.00. Sampai di senen, saya terlebih dahulu menukarkan tiket, shalat dan menunggu kereta datang.

* * * * *

Ini pertama kalinya saya bepergian jauh sendiri, naik kereta pertama kali pula sendiri dan naik kereta bisnis pertama kali. Ternyata perbedaan bisnis dan ekonomi yang paling menonjol adalah kereta bisnis hampir tidak terlambat waktu perginya, sehingga untuk sampai di kota tujuan pun rasanya tidak terlalu terlambat seperti kereta ekonomi. Perjalanan di kereta awalnya menyenangkan, karena saya sendiri, saya mencoba untuk mengobrol dengan teman sebangku di kereta yang ternyata teman sebangku saya pernah menginjakkan bumi papua dan salah satunya adalah puncak trikora, luar biasa!!!.

Petaka kembali menghampiri, kereta mengalami kerusakan hingga harus diperbaiki terlebih dahulu. Jam menunjukkan pukul 1 pagi dan saya masih berada di stasiun Cirebon. Saya sedikit merasa takut akan ditinggal rombongan dan harus pergi sendiri menuju basecamp cemoro kandang. Akhirnya, saya tetapkan hati saya, meski saya terlambat, saya akan tetap berangkat menuju cemoro kandang dan berniat untuk menyusul. Alhamdulillah, kereta akhirnya selesai diperbaiki jam 3 pagi dan sampai dengan selamat di solo jam 9.

Dari solo balapan menuju terminal tirtonadi tidak terlalu sulit, bisa berjalan kaki ataupun menggunakan becak seharga 10ribu untuk turis. Saya makan terlebih dahulu di terminal sambil menunggu rombongan gunung lawu yang satu per satu akhirnya muncul dan berkumpul. Rombongan ASE atau pemilik acara mengalami musibah, yaitu tertahan banjir di semarang sehingga tim yang sudah berkumpul di tirtonadi harus ke cemoro kandang lebih dulu. Dari tirtonadi, kami menuju tawangmangu menggunakan bis yang mengambil waktu sekitar 1 – 2 jam karena bis sering ngetem. Dari tawangmangu, beberapa dari kami makan siang terlebih dahulu dan ada beberapa yang shalat. Udara di tawangmangu sudah sedikit terasa dingin dan ditemani hujan yang hanya turun sebentar. Setelah istirahat, kami berangkat bersama menuju basecamp cemoro kandang yang memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan.

Sampai di basecamp, kami harus menyelesaikan administrasi terlebih dahulu dan membayar simaksi 10ribu. Selesai semua persiapan, saya dan rombongan yang berjumlah 25 orang memulai perjalanan menuju puncak lawu dengan ditemani 1 anak AGL, mas noah / marno. Berikut kurang lebih waktu perjalan yang saya tempuh menuju tiap pos jalur cemoro kandang :

  • Base camp – pos 1 (taman sari bawah) : 1 ½ jam dengan jalan santai
  • Pos 1 – pos 2 (taman sari atas) : 1 ½ jam dengan jalan santai
  • Pos 2 – pos bayangan : 1 jam dengan jalan santai
  • Pos bayangan – pos 3 (penggek) : 3 jam dengan jalan santai dan beberapa peserta yang drop atau sakit
  • Pos 3 – pos 4 (cokrosuryo) : 30 menit tanpa carrier
  • Pos 4 – pos 5 : 30 menit tanpa carrier
  • Pos 5 – puncak (argo dumilah) : 30 menit tanpa carrier

Perjalanan menuju pos 1 dan 2 memang tidak terlalu berart, selain cuaca masih cerah, tenaga pun masih memadai untuk berjalan naik. Petaka kembali muncul ketika di pos 2 menuju pos 3, hujan deras dengan angin badai memaksa kami untuk beristirahat terlebih dahulu di pos 2, dan baru berjalan kembali jam 21 / 9 malam. Tim kami yang terpecah akhirnya kembali bersatu di pos 2 sekitar jam 20.30 dimana akhirnya tim sudah lengkap dan pemilik acara pun sudah datang. Udara yang dingin, angin bertiup kencang, menemani kami ketika perjalanan dilanjutkan kembali menuju pos 3. Di tengah perjalanan, banyak yang mulai drop dan sakit, sehingga kami harus berjalan santai untuk menemani teman-teman kami yang sakit. Kami semua sampai di pos 3 sekitar jam 1 malam, sehingga mau tidak mau kami menghentikan perjalanan kami dan melihat perkembangan besok, apakah memungkinkan lanjut ke puncak atau langsung turun ke cemoro kandang.

* * * * *

Esok harinya, udara masih berkabut cukup tebal dan angin masih bertiup kencang, tapi masih aman untuk melanjutkan pendakian menuju puncak. Akhirnya, beberapa diantara kami ada yang melanjutkan summit attack ke puncak dan beberapa memutuskan untuk tetap di pos 3 dan turun ke base camp duluan. Perjalanan menuju puncak tidak terlalu berat, dari pos 3 menuju pos 5 hampir didominasi jalan landai dan barang-barang kami ditinggal di pos 3. Pos 5 sendiri merupakan pertigaan menuju hargo dalem atau langsung ke puncak. Karena kebanyakan dari kami penasaran dengan mbok yem yang fenomenal, mbok yang terkenal karena tinggal di pegunungan dan membuka warung di lawu, akhirnya kami menuju hargo dalem terlebih dahulu untuk menemui beliau. Selain itu, dari warung mbok yem menuju puncak pun tidak terlalu jauh dan bisa beristirahat di warungnya.

Dari warung mbok yem menuju puncak sangat dekat, jalur menuju puncak pun tidak terlalu berat, sekitar 30 menit dari warung mbok yem sudah bisa sampai di puncak. Sampai di puncak, saya langsung sujud syukur karena ini sudah kesekian kalinya saya berhasil naik gunung dan mencapai puncaknya. Sayang, udara kala itu berkabut sehingga saya hanya bisa mengambil foto triangulasi argo dumilah yang terkenal. Saya sedikit merasa heran, kenapa di puncak triangulasi ada promosi buku kiky, yang nantinya dapat informasi ternyata triangulasi argo dumilah sumbangan dari bapaknya rio dewanto dan makanya terdapat iklan kiky di tiang tersebut.

Turun dari puncak sekitar jam ½ 11 karena saya harus mengejar kereta jam 18.00. Turun dari puncak hingga di pos 3 cukup cepat, hanya sekitar 1 jam, dan saya dengan teman saya bernama ivan yang kebetulan satu kereta, packing dengan cepat dan akhirnya turun menuju basecamp cemoro kandang yang memakan waktu sekitar 2 jam dari pos 3. Sampai di base camp, saya mengganti baju terlebih dahulu dan makan siang untuk mengisi perut yang sudah meminta untuk diisi. Kondisi saya dan teman saya ivan waktu itu benar-benar was was karena takut ketinggalan kereta. Akhirnya, kami berdua memutuskan untuk carter mobil dan Alhamdulillah bertambah 2 orang sehingga harga mobil dari 200ribu kami bisa bagi 4 dan lebih ringan. Perjalanan menuju solo balapan pun tidak terlalu mulus, ternyata mobil carteran kami mengalami mogok dan kami harus menunggu mobil pengganti datang. Setelah mobil pengganti datang pun masalah masih mendatangi saya, baru berjalan beberapa meter, teman saya ternyata lupa untuk mengambil jaket yang dia kenakan sehingga kami harus kembali ke tempat mobil sebelumnya mogok.

Setelah selesai semua perkara, akhirnya mobil menuju solo dengan perasaan was was yang amat sangat tinggi. Sampai di solo balapan pun persis jam 18.00 dan saya bersama ivan langsung berlari masuk ke stasiun dan Alhamdulillah ternyata kereta baru akan segera berangkat. Dengan tergesa-gesa, kami masuk ke dalam kereta dengan perasaan lega karena kami tidak tertingal, Alhamdulillah ya ALLAH.

* * * * *

Sungguh banyak cerita dalam perjalanan menuju lawu, banyak sedih, sial maupun rasa senang yang bercampur aduk menjadi history atau sejarah yang tidak mungkin terlupakan. Terkadang rasa aman dalam hidup memaksa manusia untuk keluar dari zona aman tersebut dan mencari tantangan baru. Tantangan bukanlah untuk menantang badai, mendaki jurang, tetapi bagaimana kita keluar dari zona aman dan melawan rasa manja dari diri sendiri. Intinya adalah bagaimana kita melawan diri sendiri. tapi, salah satu poin penting dari naik gunung adalah bagaimana kita menjaga alam ciptaan tuhan.

Marifnst, 28-02-2013

Transportasi

Pergi

  • Senen – solo balapan ; 200.000 ; kereta senja utama
  • Solo balapan – tirtonadi ; 10.000 ; becak
  • Tirtonadi – tawangmangu ; 8.000 ; bis
  • Tawangmangu – cemoro kandang ; 10.000 ; angkot

Pulang

  • Cemoro kandang – solo balapan ; 200.000 ; carter angkot
  • Solo balapan – senen ; 200.000 ; kereta senja utama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Afiseaza emoticoanele Locco.Ro