Pada liburan UAS semester 3 ini, saya sebagai panitia pendas mengikuti acara praktik besar PDA XVIII yang bertempat di situ lembang. Untuk acaranya sendiri, dimulai hari kamis tgl 21 januari 2010. Panitia pendas dibagi menjadi beberapa tim, tim LM, GH 1, GH 2 dan survival. Saya kebagian tim GH 2 dan diharuskan menyusul pada hari sabtu.
Hari sabtunya, seharusnya tim GH 2 berangkat jam 11.00, tetapi kami berangkat jam 15.00, benar2 ngaret yang luar biasa. Dan ada sedikit kendala ketika kami hendak berangkat, yaitu masalah membawa 4 carrier yang berat dengan 2 motor. Saya yang dibonceng harus menahan 1 carrier dipangkuan dan yang dibahu. Benar2 luar biasa menahan berat seperti itu dan beberapa kali saya sempat hampir terjatuh dari motor, ditambah sedikit gerimis yang membuat badan sedikit menggigil. Setelah sampai, saya menginap satu malam di barak tentara dan menyusul pada esok harinya.
Hari minggu, kami mulai masuk hutan dan sampai pada titik bertemu tim GH 1 kurang lebih hanya satu jam. Setelah itu kami membuat camp dan akhirnya tim basecamp GH1 sampai di tempat kami sekitar jam 1 kurang.
Kalau dilihat dari hari ke hari, saya cukup salut dengan siswa pendas sekarang, karena mental mereka kuat2 menahan rasa dingin, capai yang benar2 tak tertahankan, hujan hampir setiap hari, dan hukuman2 dari panitia (J). Pada hari keempat GH khususnya, sudah mulai terlihat para siswa terkena penyakit kaki, ada yang berdarah, bernanah dan mulai mengeluarkan bau tidak sedap. Dari hari ke hari, penyakit mereka semakin parah apalagi ketika hari penutupan, mereka benar2 terhambat jalannya dikarenakan jalan yang berbatu dan harus menahan kumpulan luka di kaki.
Untuk kejadian lucu, ada siswa pendas ini yang celananya sobek sampai terlihat pakaian dalamnya. Panitia hanya bisa geleng2 kepala untuk siswa tersebut, karena sudah ribuan kali diperingatkan untuk menjahit celananya dan diberi hukuman, tetapi tetap saja tidak digubris oleh siswa tersebut. Pada akhirnya siswa tersebut memakai terus celananya hingga akhir pendas (ketika penutupan disuruh untuk berganti celana).
Untuk event yang tidak terlupakan, mungkin salah satunya aklimitasi di sungai pada malam hari. Untuk saya sendiri, mungkin saya akan menggigil dan merasa dongkol dengan panitia dengan materi ini, tetapi anehnya, para siswa malah menganggap hal tersebut sesuatu yang lucu dan masih bisa tertawa ketika direndam di sungai, ditambah push up, dsb. Setelah itu mereka dikumpulkan didekat api dan diajarkan betapa pentingnya membuat api ketika berkegiatan di alam bebas.
Event yang lain adalah mengumpulkan siswa di tenda panitia sampai jam satu pagi dikarenakan kondisi malam itu hujan deras dan bivak mereka yang tidak ada yang safe. Disini siswa banyak yang terkantuk-kantuk mendengarkan panitia bahkan menurut saya malah tertidur. Setelah itu mereka disuruh untuk membetulkan bivak pada pagi buta (sangar beut). Disini panitia dibagi waktu jaga tiap 1 jam sekali, dan yang saya rasakan, benar2 perjuangan untuk mengontrol siswa dalam keadaan pagi buta, badan capek, dan sambil ngantuk2 pula. Tapi yang menjadi kekuatan saya ketika itu, saya berkata dalam hati, “saya harus kuat, karena siswa sendiri masih mencoba untuk bergerak, sedangkan saya yang panitia dan mempunyai waktu istirahat yang lebih banyak dibandingkan mereka malah menjadi lemah seperti ini”.
Untuk penutupan sendiri, kembali terjadi tradisi lumrah bangsa kita tercinta, yaitu ngaret sekitar 5 – 6 jam. Dikarenakan cara jalan siswa yang benar2 lambat dikarenakan menahan luka2 yang ada di kaki. Cukup seru penutupan sekarang, ada sesi motivasi yang diberikan beberapa anggota sepuh demi mendapatkan generasi ASTACALA yang lebih baik, selain itu diisi dengan sambutan beberapa anggota kehormatan ASTACALA.
Pengalaman pertama kalinya mendidik orang di hutan seperti acara ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi pengajar, saya dan yang diajar sendiri.(A-)
“Manfaat tidak bisa diberikan, tetapi harus dicari sendiri.”
Thx, 7-3-2010
Leave a Reply