Teman saya sedang curhat masalah cintanya, dan intinya :
- Dia telah meninggalkan pacarnya, dan mengatakan bahwasanya niat dan perbuatannya mencerminkan sesuatu yang tidak relevan.
- Dia menjelaskan lagi bahwasanya Dia meninggalkan pacarnya dengan alasan mencintainya dan sangat menyayanginya, bukan karena sudah tidak suka ataupun karena ada pihak ketiga.
- Dia mengatakan lagi, Dia selalu berharap orang yang disayanginya dapat mendapatkan orang yang lebih baik darinya sehingga menjadi bahagia, dengan alasan dirinya selalu merasa tidak mampu untuk membahagiakan orang yang disayanginya.
- (sebelumnya saya bertanya kepada dia, “apakah nantinya tidak ada rasa sakit hati maupun sedih ketika dia melihat orang yang dicintainya bersama orang lain?”), Dia mengatakan lagi seandainya hal itu memang yang terbaik untuk saya dan Dia (mantan teman saya) dapat bahagia, maka teman saya ikhlas dengan hal tersebut.
- (saya bertanya alasan apa yang membuatnya berpikir seperti itu), Dia menjawab bahwa rasa sayang itu tidak harus memiliki, dan seharusnya kita senang apabila melihat orang yang kita sayang bahagia walaupun bersama orang lain.
Setelah kejadian ini, saya merasa cukup salut dengan teman saya ini. Dari perbuatan dan cara berbicaranya kepada saya, saya sangat tahu bahwa dia sangat mencintai mantannya. Tapi, karena rasa cinta yang sangat besar itulah dia memutuskan untuk menjauhi pacarnya dan menjadikannya mantan.
Sebenarnya membingungkan, apakah perbuatan seperti ini benar atau salah?, karena di satu sisi teman saya pastinya akan membuat pacarnya sakit hati atas perbuatannya dan dapat memunculkan prasangka buruk di pikirannya, mungkin dikira selingkuh, sudah bosan ataupun prasangka buruk yang lain. Mungkin solusinya, jangan pacaran, itu saja. Jangan berkomitmen sekarang, nanti saja sekalian menikah. Betul gaaaaa….!!!.
“salah satu kunci orang sukses adalah mengatur waktu, marilah kita semua merenung, apakah pacaran itu salah satu faktor rusaknya manajemen waktu?”
Thx, 13-1-2010
Leave a Reply