We Know, but We Don’t Know

We know but we don’t know, kita tahu tetapi kita tidak tahu. Suatu pernyataan yang menurut saya bisa mendeskripsikan secara global sifat masyarakat Indonesia sekarang ini secara umum (tidak semua dan bagi yang merasa saja). Hidup yang penuh dengan lika-liku masalah, dari kebahagiaan hingga kesengsaraan yang tidak akan pernah terhenti hingga kita bertemu dengan gundukan tanah dan dikuburkan didalamnya.

We know, suatu pernyataan yang digunakan untuk seseorang yang mengetahui sesuatu. Mungkin bisa dibilang orang tersebut mengetahui hal ini, pelajaran ini, mengetahui rumus matematika ini, hingga mengetahui permasalahan dan aib orang ini. Hampir semua orang waras akan mengetahui persoalan yang menurutnya menarik bagi dirinya sendiri. Salah satunya adalah permasalahan cinta dengan tanah air, yang biasa dikumandangkan dengan istilah nasionalisme. Mayoritas masyarakat beranggapan mereka cinta dengan negara Indonesia, memiliki perasaan bangga, tetapi hampir tidak ada langkah konkret yang dijalankan demi rasa cintanya tersebut.

Orang yang mengetahui betapa terpuruknya Negara ini, khususnya makin memburuknya moral bangsa, akan merasa prihatin dengan kondisi moral bangsa ini. Bangsa yang dulu katanya memiliki moral yang indah dan peduli dengan orang lain, sekarang sudah menjadi bangsa dengan masyarakat yang memiliki ego tinggi dan mementingkan perut masing-masing. Memang, untuk masalah perut adalah suatu masalah manusia yang lumrah dan harus dipenuhi, khususnya masalah makan dan minum. Tetapi ada perbuatan terkait kebutuhan perut dan menggunakan perbuatan yang merugikan masyarakat banyak untuk memenuhi kebutuhan perutnya pribadi tersebut. Mungkin kasus yang paling jelas adalah korupsi, sudah tidak terhitung banyaknya koruptor yang hidup dan bertebaran di Negara ini, baik dari koruptor kecil maupun koruptor besar. Kenapa ada masyarakat yang melakukan tindak korupsi di negaranya sendiri?, bukankah hampir semua masyarakat memiliki standard pendidikan 12 tahun (sd, smp & sma) yang selalu menyisipkan materi tentang akhlak maupun budi pekerti yang diajarkan kepada mereka.

We know, mungkin statement tersebut sangat cocok dan berelasi dengan koruptor yang menjadi contoh diatas. Koruptor dalam politik atau pemerintah misalnya, tidak mungkin seorang pejabat pemerintah pada era sekarang memiliki memiliki jenjang pendidikan setara sma, setidaknya minimal S1 (Strata 1). Itu berarti, ilmu tentang ahlak yang telah didapat selama melakukan proses pembelajaran sudah pasti mereka dapatkan dari 12 tahun hidup mereka. Tetapi, kenapa akhlak mereka masih bermasalah dan berani mengambil keuntungan diri sendiri dengan melakukan tindak korupsi ?.

We don’t know, mungkin itu adalah suatu pernyataan yang tepat bagi mereka yang tahu ilmu tetapi mereka tidak tahu. Tidak tahu disini maknanya luas, misal pelaku koruptor yang dijadikan contoh kembali, pelaku korup sudah pasti tahu teori tentang ilmu akhlak dan tahu mana perbuatan yang salah dan mana perbuatan yang benar, tetapi realitanya mereka sebenarnya tidak tahu. Mungkin tidak tahu perbuatan mereka itu salah, mungkin mereka tidak tahu bahwa mereka lupa sedang melakukan kesalahan, atau mungkin mereka tidak tahu begitu besarnya dampak yang dihasilkan dari perbuatan korupsi mereka.

Dari sini, semoga kita bisa melihat bahwa manusia yang mengetahui ilmu tidak menjamin akan adanya keselarasan antara adanya tujuan ilmu tersebut dan manfaatnya, karena pada dasarnya ilmu ada untuk membuat hidup yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi orang lain. Bahkan dalam islam sendiri, keberadaan manusia adalah untuk menjadi khalifah di bumi ini. Jadi, bagaimana bisa menjadi pemimpin di bumi atau menjadi masyarakat yang baik, bila masih we know but we don’t know.

Marifnst, 12-10-2012

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Afiseaza emoticoanele Locco.Ro